Sabtu, 23 April 2016

Bahasa Indonesia - Karangan Ilmiah Dan Nol Ilmiah

    
     1.    Karangan ilmiah
Karangan ilmiah adalah biasa disebut karya ilmiah, yakni laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
      Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian.
Tujuan karya ilmiah, antara lain:
·         Sebagai wahana melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis.
·         Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama setelah penyelesaian studinya.
·         Karya ilmiah yang telah ditulis itu diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara sekolah dengan masyarakat, atau orang-orang yang berminat membacanya.
·         Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari jurusannya.
·         Melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.
Manfaat penyusunan karya ilmiah bagi penulis adalah berikut:
·         Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif;
·         Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber;
·         Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan;
·         Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan sistematis;
·         Memperoleh kepuasan intelektual;
·         Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan;
·         Sebagai bahan acuan/penelitian pendahuluan untuk penelitian selanjutnya

2. Karangan Non Ilmiah
      Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).

Ciri-ciri karya tulis non-ilmiah, yaitu:
·           Ditulis berdasarkan fakta pribadi,
·           Fakta yang disimpulkan subyektif,
·           Gaya bahasa konotatif dan populer,
·           Tidak memuat hipotesis,
·           Penyajian dibarengi dengan sejarah,
·           Bersifat imajinatif,
·           Situasi didramatisir,
·           Bersifat persuasif.
·           Tanpa dukungan bukti

Jenis-jenis yang termasuk karya non-ilmiah, yaitu:
·         Dongeng
·         Cerpen
·         Novel
·         Drama
·         Roman

Perbedaan Karya Ilmiah dengan Nonilmiah
      Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek.
    Karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau observasi.
    Karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi.
Dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.
      Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga karangan yang berbentuk semiilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas antara karangan semiilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah. Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan semiilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan semiilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan semiilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semiilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan semiilmiah. Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semiilmiah antara lain artikel, feature, kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.
      Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis. Karya nonilmiah bersifat, antara lain :

Emotif : merupakan kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi
Persuasif : merupakan penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative
Deskriptif : merupakan pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif, dan Jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.


Daftar Pustaka 
http://gatotbukankaca.weebly.com/bahasa-indonesia-2-karangan-ilmiah-non-ilmiah-dan-ilmiah-populer.html



Bahasa Indonesia - Sikap Ilmiah Dan Langkah Penulisan Ilmiah

Sikap Ilmiah

         Mempelajari metode penulisan ilmiah pun dianggap dapat mengembangkan sikap ilmiah, Sikap ilmiah pada dasarnya merupakan sikap yang ditunjukkan oleh para ilmuan saat melakukan kegiatan sebagai bagian dari profesinya.
Pengertian Tersebut tentu saja tidak terbatas pada ilmuan. Tetapi bagi setiap individu yang memiliki kecenderungan untuk bertindak dan berprilaku sistematis, berdasrkan langkah-langkah ilmiah dalam memecahkan masalah.
  1. Beberapa sikap ilmiah yang bisa didapat saat mempelajari metode penulisan ilmiah adalah sebagai berikut.
  2. Pengembangan rasa ingin tahu yang membangkitkan sikap ingin menemukan sesuatu
  3. Peningkatan sikap kritis terhadap berbagai gejala seperti fenomena, kejadian atau perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri
  4. Mengembangkan sikap objektif atau menghindari keberpihakan dalam menelaah gejala
  5. Mengarahkan dan mengembangkan ketekunan dan ketelitian.

Langkah-Langkah Pelaksanaan Penulisan Ilmiah


           Karena metode ilmiah dilakukan secara sistematis dan berencana, maka terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan secara urut dalam pelaksanaannya. Setiap langkah atau tahapan dilaksanakan secara terkontrol dan terjaga. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah sebagai berikut:
  1. Merumuskan masalah.
  2. Merumuskan hipotesis.
  3. Mengumpulkan data.
  4. Menguji hipotesis.
  5. Merumuskan kesimpulan.

Merumuskan Masalah

Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah. Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode ilmiah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data tersebut, kemudian menyimpulkannya.Permusan masalah adalah sebuah keharusan. Bagaimana mungkin memecahkan sebuah permasalahan dengan mencari jawabannya bila masalahnya sendiri belum dirumuskan?

Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat memabntu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

Mengumpulkan Data

Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.

Menguji Hipotesis

Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementaradari suatu permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan semakin tinggi pula derjat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan suatu pengujian hipotesis itu sendiri.

Merumuskan Kesimpulan

Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan rumusan masalah yang diajukannya.



Daftar Pustaka :
http://bangbiw.com/penjelasan-tentang-metode-ilmiah-tujuan-sikap-dan-langkah-langkahnya/

Sabtu, 09 April 2016

Bahasa Indonesia 2 - Berpikir Induktif dan Deduktif

Metode dalam menalar

Ada dua jenis metode dalam menalar yaitu induktif dan deduktif.

Metode induktif

        Paragraf Induktif adalah paragraf yang diawali dengan menjelaskan permasalahan-permasalahan khusus (mengandung pembuktian dan contoh-contoh fakta) yang diakhiri dengan kesimpulan yang berupa pernyataan umum. Paragraf Induktis sendiri dikembangkan menjadi beberapa jenis. Pengembangan tersebut yakni paragraf generalisasi, paragraf analogi, paragraf sebab akibat bisa juga akibat sebab.

Contoh paragraf Induktif :
      Pada saat ini remaja lebih menyukai tari-tarian dari barat seperti breakdance, Shuffle, salsa (dan Kripton), modern dance dan lain sebagainya. Begitupula dengan jenis musik umumnya mereka menyukai rock, blues, jazz, maupun reff tarian dan kesenian tradisional mulai ditinggalkan dan beralih mengikuti tren barat. Penerimaan terhadap bahaya luar yang masuk tidak disertai dengan pelestarian budaya sendiri. Kesenian dan budaya luar perlahan-lahan menggeser kesenian dan budaya tradisional.

Contoh generalisasi:
Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
∴ Jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.

Ciri-ciri kaliamat Induktif

a. Diawali dengan penjelasan-penjelasan khusus.
b. Kemudian, digeneralisasikan menjadi sebuah kesimpulan berdasarkan penjelasan-penjelasan khusus.
c. Kesimpulan yang merupakan kalimat utama terdapat di akhir Paragraf.

Pola Kalimat Induktif

Khusus,
Khusus,
Khusus,
Umum.
 

Paragraf Induktif terdiri dari beberapa jenis yaitu

a. Generalisasi
Setelah ujian anak-anak di periksa, ternyata nilai mereka beragam. Sebnyak 20 siswa nilainya melebihi standar kelulusan. 10 siswa mendapat nilai tepat pada standar kelulusan, dan tidak ada seorangpun yang mendapat nilai dibawah standar. Bisa dikatakan kegiatan belajar di kelas ini cukup berhasil.
b. Analogi
Belajar di masa tua membutuhkan usaha yang ekstra karenakan daya tangkap yang dimiliki pada masa ini sudah sangat berkurang. Bahkan motivasi yang dimiliki juga sudah melemah karena terlalu banyaknya pikiran yang mengagngu. Itulah mengapa dikatakan belajar di waktu tua seperti melukis di atas air.  
c. Sebab-akibat
Saat ini kita sudah memasuki musim penghujan. Banyak sampah yang menumpuk akibat kita erring membuang sampah sembarangan. Terlebih lagi, mendangkalnya permukaan saat ini. Oleh karena itu, tidak mengherankan banjir selalu datang setiap hari.
d. Perbandingan
Andi suka menolong setiap orang. Dia selalu ramah kepada siapapun. Tidak seperti adiknya Anto yang suka menjahili orang. Anto terkanal karena kenakalannya daripada prestasinya. Itulah mengapa kedua saudara ini mendapat perlakuan beda dari teman-temanya.
 
-  Kalimat Induktif :
 
BRUSSELS, KOMPAS.com - Salah satu tersangka pelaku penyerangan di Paris, Perancis pada November 2015 lalu, Mohamed Abrini dibekuk Jumat (8/4/2016), di Brussels, Belgia.
Sebuah sumber di lingkungan kepolisian Belgia, seperti dikutip Kantor Berita AFP, mengonfirmasi penangkapan itu.
Sementara itu, sebuah stasiun televisi setempat mengabarkan Abrini ditangkap di sebuah kawasan di pinggiran Kota Brussels.

Sumber di kepolisian tidak memberikan keterangan rinci mengenai lokasi penangkapan Abrini. Namun, siaran televisi VRT menyebut penangkapan terjadi di Distrik Anderlecht, di mana sejumlah tersangka pelaku bom Paris telah dibekuk.

Sebelumnya, kejaksaan Belgia pun mengumumkan tentang penangkapan sejumlah orang yang diduga terkait dengan serangan mematikan yang dilakukan kelompok teroris Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS), di bandara dan stasiun bawah tanah di kota itu.
"Kejaksaan federal mengonfirmasi bahwa telah ada sejumlah orang yang ditangkap terkait serangan itu," demikian bunyi pernyataan tersebut.

"Namun untuk saat ini tidak mungkin diungkapkan lebih detail tentang siapa saja yang ditangkap. Nanti kami akan memberikan informasi lanjutan dalam konferensi pers," demikian bunyi pernyataan tertulis kejaksaan federal.

 

Metode deduktif

      Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.

Ciri-ciri kalimat deduktif:
a. Kalimat utama berada di awal paragraf.
b. Kalimat disusun dari pernyataan umum yang kemudian disusul dengan penjelasan-penjelasan.
Pola Paragraf deduktif:
Umum,
Khusus,
Khusus,
Khusus.
Contoh Paragraf deduktif:
       Kemacetan sudah menjadi hal yang biasa di Kota Jakarta. Kemacetan tersebut diseabkan oleh beberapa faktor antara lain. Pertama, jumlah kendaraan yang ada di Jakarta tidak seimbang dengan luasnya jalan. Kedua, Kurangnya kedisiplinan bagi semua pengguna jalan raya. Ketiga, Kemunculan tempat-tempat yang menganggu lalu lintas seperti pasar, rel kereta api, pedagang kaki lima, halte yang tidak difungsikan, banjir, dan sebagainya. Yang terakhir, Ketidak tegasna aparat yang berwenang dalam menindak para pelanggar lalu lintas



 -Kalimat Deduktif
 
Sabtu, 9 April 2016 | 00:05 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia kembali punya perwakilan pebalap yang akan berlaga pada GP2 Series. Tak hanya satu, tahun ini ada dua pebalap Tanah Air yang akan bersaing di salah satu ajang pembuka menuju Formula 1 tersebut.

Muhammad Sean Gelael dan Philo Paz Armand siap mengikuti jejak Rio Haryanto yang kini sudah berlaga di ajang balap mobil paling elite, Formula 1.

Rio merupakan pebalap Tanah Air pertama yang sukses menembut persaingan balap Formula 1 setelah melakoni musim gemilang pada GP2 Series 2015.

Dia mampu bertengger di posisi keempat klasemen akhir dengan raihan 138 poin. Catatan impresif tersebut membuat Manor Racing mengontrak Rio.

Sean, yang kini baru menginjak usia 19 tahun, mulai mengikuti jejak Rio. Dia akan berkompetisi secara penuh dalam gelaran GP2 2016 yang berlangusng dalam 11 seri atau 22 balapan.

Sean sudah mencicipi kerasnya persaingan GP2 Series pada 2015. Dia turun pada lima seri terakhir, di Sirkuit Hungaroring (Hongaria), Circuit de Spa-Francorchamps (Belgia), Sochi Autodrom (Rusia), Sakhir International Circuit (Bahrain), dan Yas Marina Circuit (United Arab Emirates).

"Kami telah menjalani tes pasca-musim dan pramusim di Abu Dhabi dan Jerez (Spanyol) sehingga jam terbang menjadi lebih banyak. Tahun ini, persiapan kami lebih matang. Saya harap kami bisa bertarung untuk meraih poin," kata Sean dalam acara makan siang bersama wartawan di Potato Head Garage, Jakarta, Jumat (8/4/2016).

Sean akan memperkuat panji Jagonya Ayam Campos Racing bersama pebalap asal Selandia Baru, Mitch Evans.

"Tim Jagonya Ayam mendukung pebalap-pebalap muda. Sekarang, ada dua yang dari Indonesia, saya dan Philo," ujar pebalap kelahiran 1 November 1996 itu.

"Tim ini juga mendukung pebalap yang membutuhkan kesempatan dan mungkin kekurangan dana, tetapi bertalenta seperti Antonio (Giovinazzi) dan Mitch Evans, untuk bisa berkompetisi dan memiliki peluang berlaga di F1," tuturnya.

Tim Jagonya Ayam didirikan pada 2014 oleh ayah Sean, Ricardo Gelael. Sesuai namanya, tim ini disponsori oleh Kentucky Fried Chicken (KFC) Indonesia.

Pada 2014-2015, Tim Jagonya Ayam menggandeng tim balap asal Inggris, Carlin Motorsports, untuk berkiprah di ajang Formula 3 Eropa dan Formula Renault 3.5 World Series.

Pada 2016, Tim Jagonya Ayam memasuki tahun ketiganya berkiprah di ajang balap mobil Formula. Selain mensponsori tim Campos Racing, Jagonya Ayam turut mendukung pebalap Italia, Antonio (22 tahun), yang membela tim Prema Racing, dan Philo (20), yang memperkuat tim Trident.

Giovinazzi adalah pebalap binaan Jagonya Ayam yang sudah bersama Sean sejak masih mengikuti kejuaraan karting. (Septian Tambunan)

Berikut jadwal GP2 Series 2016 (setiap seri akan menggelar dua balapan).

1. GP Spanyol (Catalunya-Barcelona), 13-15 Mei
2. GP Monaco (Monte Carlo), 26-28 Mei
3. GP Azerbaijan (Baku), 17-19 Juni
4. GP Austria (Red Bull Ring), 1-3 Juli
5. GP Inggris (Silverstone), 8-10 Juli
6. GP Hongaria (Hungaroring), 22-24 Juli
7. GP Jerman (Hockenheimring), 29-31 Juli
8. GP Belgia (Spa-Francorchamps), 26-28 Agustus
9. GP Italia (Monza), 2-4 September
10. GP Malaysia (Sepang), 30 September-2 Oktober
11. GP Abu Dhabi (Yas Marina), 25-27 November

Editor : Pipit Puspita Rini
Sumber: JUARA
 

Sumber :

-https://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran#Metode_induktif
-http://www.kelasindonesia.com/2015/02/definisi-contoh-kalimat-deduktif-induktif-dan-campuran-dalam-bahasa-indonesia.html
-http://olahraga.kompas.com/read/2016/04/09/00054701/Setelah.Rio.Haryanto.Kini.Giliran.Sean.Gelael.Berlaga.di.GP2.Series
-http://internasional.kompas.com/read/2016/04/08/22331021/Mohamed.Abrini.Pelaku.Teror.di.Paris.Ditangkap.di.Brussels